Teknologi dan Komunikasi dengan Kamu

Sekarang diluar sedang mendung, jam 13.54 harusnya jemuran sudah bisa diambil tapi biarkan aku cerita dulu, ya agar blog ini benar-benar berisi. Saya bergabung di blogger tahun 2016 mungkin pada saat itu saya kelas sepuluh atau sebelas saat situlah seorang lelaki baik mengenalkan bagaimana indahnya bergabung disini, tentang mereview sabun cuci muka, baju pengantin, sepatu, atau yang buat saya berkesan ada diskusi tentang drama korea. Alasan klasik itu terdengar lucu dan aneh ya. Ya,begitulah anak sekolah yang hanya peduli kesenangan yang kadang tidak menghasilkan uang. 

Kita semua pasti setuju bahwa usia 17 adalah usia yang indah, tapi menarik keindahannya bukan pada saat itu, tapi pada usia 20 saat semua hanya bisa untuk dikenang. Begitu juga aku, aku menikmati saat yang paling indah dalam dunia masa remaja yaitu cinta, dan hiburan seni termasuk indahnya kehidupan karena  kemudahan internet. Tidak seperti di masa 2010-2015 internet dan handphone hanya mudah untuk mengakses Facebook, Twitter, Google, dan mungkin Instagram. Keterbatasan ini bukan hanya karena internet belum sehebat sekarang tapi karena kemampuan membeli perangkat dan untuk berlangganan internet tidak semurah dan semudah sekarang. Tahun 2015-2018 saya pikir itu adalah dimulainya kemudahan internet karena sudah ada perangkat smartphone yang harganya sejutaan dan harga paket internet sudah tersedia dengan harga dibawah lima puluh ribuan ini pastilah memudahkan kehidupan anak SMA yang ingin gaul pada masa kami.

Tahun 2015 aplikasi Facebook masihlah aplikasi yang paling seru untuk diperbincangkan bagiku, ya. Sebagian orang mungkin lebih suka Instagram, tapi Instagram tidak seseru itu karena kamu lebih sering hadir di Facebook. Apapun yang kamu bagikan di Facebook pasti saya lihat dan saya suka, saya menyukai bagaimana cara pandangmu tentang politik, keadaan ekonomi, sosial, rohani, dan yang paling  penting cara kamu menanggapi cara berpikir orang yang berbeda dan unik. Saya senang melihat bagaimana kamu begitu kritis terhadap suatu hal dan tetap mau terbuka soal hal apapun. Kamu juga mengajari saya pada saat kapan kita mengajari seseorang bahwa satu ditambah satu adalah dua, karena bagi sebagian orang satu ditambah satu bisa jadi adalah tiga, empat, atau lima, dan dalam cara mengajari cara pandang  orang kita tak perlu memaksa semua orang, cukup yang kita mau ajari saja. Sebagian orang harus kita biarkan berenang dalam kebodohannya, mungkin ada orang lain yang nanti akan mengajarinya, bukan kita.

Saya masih ingat obrolan pertama kita via telepon, hingga pagi. Itu adalah telepon pertama saya yang paling lama, hingga jam tiga pagi kalau saya tidak salah. Hingga saat ini pun saya suka sekali bertelepon berlama-lama, sepertinya kamu yang ngajarin saya soal itu, ya. Saya ingat apa topik obrolan telepon kita, yaitu tentang kasus asap di Pekanbaru yang sudah menyebar sampai ke Medan, setelah saya ingat itu sekarang, kita terlau dewasa ya untuk bahas itu, kita bahas bagaimana seharusnya masyarakat dan pemerintah Pekanbaru menyikapi asap, bagaimana seharusnya pemerintah pusat kasih bantuan,  dan yang palih aneh kita bahas hubunga kerja sama antara Indonesia, Malayasia, dan Singapur yang mungkin berdampak serius karena asap. Saya masih 15 tahun saat itu dan kamu hanya berbeda setahun dengan saya, bagaimana saya tidak berterima kasih setiap waktu mengingat kamu yang punya cara berpikir begitu hebat. Tapi aku juga ingat betapa kita tertawanya kita karena sekolah diliburkan, sepertinya itulah dampak positif dari asap Pekanbaru untuk kita yang tinggal di Medan. Sampai sini dulu kita cerita ya, mungkin aku harus ambil jemuran, karena meskipun rintik hujan bisa saja mengingatkanku pada kamu hal yang paling penting sore ini adalah jemuran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunikasi Satu Arah dengan Kamu

Sesuatu yang Menakutkan tentang Kamu