Sesuatu yang Menakutkan tentang Kamu

 Pertengahan Maret 2016 saat itu saya begitu semangat untuk pergi pagi sekali, kalau saya tidak salah jam setengah tujuh sudah tiba di jalan sekolah. Suasana sepi, hanya ada beberapa kendaraan lalu lalang bahkan penjual sarapan di sepanjang jalan sekolah baru saja membuka etalase dagangan mereka. Saya lupa itu hari apa tapi yang saya tahu saya hanya ingin berangkat pagi untuk menikmati obrolan dengan teman. Tetapi hari itu adalah hari yang menakutkan karena tepat di depan saya ada pengendara sepeda motor yang menghentikan kendaraanya sambil membuka celananya yang sontak membuat saya begitu tidak karuan setidaknya selama di sekolah di hari itu. Niat untuk mengobrol atau sekadar mengerjakan tugas sepertinya hilang. 

Kelas harusnya begitu seru karena banyak lawakan segar hari itu, dan pastinya lawakan yang mereka lontarkan sama sekali tidak bisa membuat aku tenang. Belakangan, ada drama korea yang saya nikmati berjudul Reply 1988 di drama itu ada adegan dimana pemeran wanita juga mengalami hal yang sama dengan saya dan dia juga menangis menjerit. Jadi, hal yang membuat hari itu sangat kacau adalah wajar khususnya untuk gadis di bawah umur. Kamu mengirim pesan untuk mengajak bertemu sepulang sekolah, tetapi hari itu saya memang kacau sekali seperti merasa dilecehkan dan tidak bisa kontrol pikiran. Saya juga malas untuk balas pesan singkat darimu, tetapi sayang sekali disitu juga kamu membutuhkan saya sebagai penyemangat kamu karena terjadi masalah kesehatan serius dengan Nenek yang mengaharuskan kamu ke rumah sakit siang itu.Untuk pertama kalinya kita bertengkar, kamu menghubungi via telepon sambil menangis dan meragukan masalah apa yang terjadi padaku hari itu. Kamu juga berteriak sambil memberi tahu bahwa Nenek sedang lemah sekali karena diabetes yang dideritanya, bahkan kamu bilang bagaimana jika hal terburuk terjadi dan saya tidak tahu mungkin hubungan kita berakhir di detik itu juga. Malam itu mungkin kamu tidak sadari saya juga menangis dan tidak mampu berkata apa-apa, saya ikut sedih atas apa yang terjadi dengan Nenek, tetapi yang paling menyakitkan adalah amarah mu yang begitu mengerikan. Untungnya kamu mematikan telepon begitu saja, tanpa menunggu lama.

Sepanjang malam saya menangis, selain karena hari ini saya menjadi korban pelecehan, kamu juga bukan orang yang memahami saya disaat saya tidak bisa menjelaskan perasaan saya dan kamu adalah orang yang senang dipahami meskipun kamu tidak tahu keadaan orang disekelilingmu. Biarkan saya beritahu satu hal disuatu kondisi banyak orang yang mampu menceritaka banyak hal, tiba-tiba harus diam begitu juga sebaliknya. Jadi saat orang itu berubah seperti itu bukan berarti dia tidak peduli atau manjadi berubah, karena hal yang sebenarnya terjadi kadang bukan hanya berat bagi kamu saja, itu menjadi lebih berat bagi orang disekeliling kamu. Tidak sepantasnya kamu mengatakan hal yang paling menakutkan bagi saya saat itu yang kamu sendiri tahu aku sedang tidak baik-baik saja. Malam itu saya tidak tahu bagaimana cara menangisi masalah ini, kamu yang harusnya menghibur justru menusuk pedang dengan ancaman mengakhiri hubungan memalui telepon.

Kalau mengingat malam itu, rasanya saya sadar ternyata cara berpikir saya berubah saya menjadi orang yang takut kehilangan kamu. Bahkan saya berpikir bahwa dunia akan berakhir hanya karena hubungan kita berakhir, meski hari itu hubungan kita belum berakhir sepertinya bayangan akhir dari hubungan kita sudah terlihat dan rentetan masalah diantara kita setelah itu sebenarnya mendekatkan kita pada garis finish hubungan kita. Kita hanya berjuang untuk menunda perpisahan yang kita pikir kita tidak akan pernah siap untuk hari peerpisahan kita.

Sekarang bulan Juni 2021 saya mau coba ingat apa saja rentetan masalah kita yang lama baru mengantarkan kita ke perpisahan. Dulu saya begitu tidak siap karena kamu baik sekali mendengarkan saya, peduli kepada saya di saat saya tidak punya perhatian dari orangtua. Memilikimu berarti memenuhi banyak hal dalam hidup saya, bagaimana mungkin kamu akan pergi di hidup saya, pikir ku. Tapi saya sekarang sadar hidup adalah soal datang dan pergi, kedatanganmu tidak pernah saya duga dan kepergianmu harus kurelakan juga dan ternyata hidup saya tetap berjalan tanpa kamu. Bagaimana dengan kamu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi dan Komunikasi dengan Kamu

Komunikasi Satu Arah dengan Kamu